MEDAN – Bertani adalah kegiatan yang sering diremehkan oleh masyarakat jaman sekarang. Katanya petani itu tidak punya masa depan, pekerjaan yang tidak ada kenaikan jabatan. Padahal pekerjaan bertani itu bisa dibilang sebagai tulang punggung negara. Coba bayangkan jika negara ini tidak ada petani, mau makan apa kita?
Kenapa masyarakat jaman sekarang tidak ada yang mau menjadi petani? Apalagi generasi millennial, mungkin hanya segelintir orang yang mau bekerja sebagai petani. Karena kebanyakan di desa, yang bekerja sebagai petani adalah orang-orang yang sudah tua dan bisa dibilang sesepuh di desa. Hal yang ditakutkan adalah ketika nanti para petani tua ini sudah tidak bisa lagi melakukan aktivitas bertani, maka siapa yang jadi penerus petani nanti? Masa harus selalu impor bahan pangan pokok dari luar negeri.
Di dunia yang sekarang serba instan ini, pekerjaan sebagai petani sudah jarang yang melirik. Bekerja di bawah terik matahari, keringetan, kotor, dan mungkin saja kulit bisa gatal-gatal. Kebanyakan masyarakat jaman sekarang selalu mencari kerja di kantor yang ber-ac, tidak kepanasan dan tentu ada jenjang karir kedepannya.
Baca Juga: Jadi Rempah Termahal di Dunia, ini Khasiat dari Saffron
Kebanyakan orang desa yang merantau ke kota juga sudah tidak ingin melakukan aktivitas bertani. Padahal dari aktivitas bertani, banyak manfaat yang bisa diambil. Misalnya, melatih kesabaran jika hasil panen tidak sesuai, belajar merawat sesuatu agar bisa menghasilkan sesuatu yang berguna. Banyak orang yang tidak tahu nikmatnya bertani, jika sudah terbiasa pasti akan mengasyikkan.
Penyebab kenapa masyarakat tidak mau bertani adalah tidak adanya upah yang jelas, bahkan terkadang hanya dibayar dua karung besar yang berisi beras saja. Harusnya para petani diberi upah yang cukup atau diberi tunjangan-tunjangan lainnya, karena selama ini para petani hanya menerima secuil dari hasil panennya. Itu mungkin bisa menjadi solusi agar masyarakat sekarang merubah pandangannya tentang bertani.
Pemerintah juga seperti tutup mata melihat kejadian ini, tidak ada pelajaran bertani atau pelajaran yang berkaitan tentang hal-hal tersebut. Karena sejauh yang saya tau, tidak ada pelajaran seperti itu. Tapi, beberapa tahun belakangan ini, para petani sudah diberikan alat untuk mempermudah mereka untuk bertani. Contohnya, beberapa unit traktor yang setiap enam bulan diterima oleh petani untuk digunakan dan juga diberikan obat pembasmi hama, walaupun tidak menyeluruh setidaknya para petani masih diperhatikan.
Menjadi petani tidak seburuk yang kalian kira. Beberapa tahun ke depan, pekerjaan sebagai seorang petani akan sangat dibutuhkan, apalagi di jaman yang serba cepat seperti ini. Karena tingkat permintaan pangan di dunia semakin meningkat, menjadi petani justru peluang bisnis yang bagus.
Mencoba membayangkan jika tidak ada petani di negeri ini. Nasi sudah pasti tidak akan kita temui lagi, roti? Juga tidak mungkin karena gandum berasal dari proses bertani terlebih dahulu, ayam atau hewan unggas lainnya? Juga tidak mungkin karena makanan hewan tersebut ya dari hasil penggilingan padi. Sumber makanan manusia rata-rata berasal dari hasil pertanian atau bahkan semua makanan sumbernya dari pertanian dahulu.
Jadi, untuk sekarang cobalah untuk mempelajari bagaimana caranya bertani. Misalnya, berlatih dengan membuka lahan kecil-kecilan di belakang rumah untuk persiapan jika suatu saat hal buruk akan terjadi seperti di masa pandemik ini.
Menjadi petani juga tidak harus pakai caping dan pacul, petani jaman sekarang sudah menggunakan traktor untuk bertani yang menjadikan proses bertani lebih mudah. Tampilan petani pun sudah tidak seperti dulu yang khas menggunakan baju partai yang sudah kusam, sekarang sudah banyak petani yang tampilannya keren, ada yang memakai topi supreme untuk melindungi dari panas matahari. Kurang hypebeast apa lagi petani jaman sekarang?
Semoga para petani tidak dipandang sebelah mata lagi. Semoga para petani diberikan upah yang cukup atau paling tidak diberikan insentif. Kita sering mendengar istilah karyawan berprestasi atau hal lainnya. Tapi, hingga sekarang para petani tidak ada yang diberi penghargaan atau hal semacamnya. Mungkin itu yang bisa menarik minat bagi para petani dan pemuda yang mau bergelut di bidang pertanian agar termotivasi dalam menekuni pekerjaan sebagai petani.
Menurut data Badan Pusat Statisik (BPS), petani millennial hanya 10% dari total petani yang berjumlah 33,4 juta dan sebagiannya sudah masuk usia tua. Peluangnya sangat besar dan pasti selalu dibutuhkan sampai kapanpun, masih tidak mau jadi petani? (SK/JP)
Source: bps.go.id
Leave a Reply